Tuesday, 31 October 2017

Ketika di Masjid, Jangan Lakukan Hal-Hal ini.

MASJID adalah tempat yang amat berharga bagi kaum Muslim. Betapa tidak, masjid menjadi satu-satunya tempat yang paling pas untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT. Kita bisa dengan khusyuk untuk mengadukan semua permasalahan kepada Allah. Selain itu, kita juga bisa beristirahat di dalamnya, mengingat suasananya yang begitu menenteramkan hati.
Tapi sayang, banyak orang yang tidak tahu seperti apa adab yang baik ketika berada di masjid. Sehingga, kenyamanan dan ketenteraman itu tak dapat kita rasakan seutuhnya. Kita seharusnya tahu bahwa ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan ketika di masjid. Apakah itu?
1. Larangan Keluar Setelah Adzan kecuali Ada Alasan
Jika kita berada di dalam masjid dan adzan sudah dikumandangkan, maka tidak boleh keluar dari masjid sampai selesai ditunaikannya shalat wajib, kecuali jika ada uzur. Hal ini sebagaimana dikisahkan dalam sebuah riwayat dari Abu As Sya’tsaa Radhiallahu ’Anhu, beliau berkata, “Kami pernah duduk bersama Abu Hurairah dalam sebuah masjid. Kemudian muazin mengumandangkan adzan. Lalu ada seorang laki-laki yang berdiri kemudian keluar masjid. Abu Hurairah melihat hal tersebut kemudian beliau berkata, ‘Perbuatan orang tersebut termasuk bermaksiat terhadap Abul Qasim (Nabi Muhammad) ﷺ’,” (HR. Muslim no 655 dan dinilai shahih oleh Syeikh Al-Albani dalam kitab shahih Ibni Majah no599).
2. Larangan Mencari Barang yang Hilang di Masjid dan Mengumumkannya
Apabila didapati seseorang mengumumkan kehilangan di masjid, maka katakanlah, “Mudah-mudahan Allah tidak mengembalikannya kepadamu.” Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ, “Barangsiapa mendengar seseorang mengumumkan barang yang hilang di dalam masjid, maka katakanlah, ‘Mudah-mudahan Allah tidak mengembalikannya kepadamu. Sesungguhnya masjid-masjid tidak dibangun untuk ini’,” (HR. Muslim dari Abu Hurairah Radhiallahu ’Anhu dan dinilai shahih oleh Syeikh Al-Albani dalam at-Ta’liqot al-Hisan ‘ala Shahih Ibni Hibban, no.1649).
3. Larangan Jual Beli di Masjid
Jika jual beli dilakukan di masjid, maka niscaya fungsi masjid akan berubah menjadi pasar dan tempat jual beli. Sehingga jatuhlah kehormatan masjid dengan sebab itu. Berdasarkan sabda Rasulullah ﷺ, dari Abu Hurairah Radhiallahu ’Anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila kalian melihat orang yang jual beli di dalam masjid maka katakanlah padanya, ‘Semoga Allah tidak memberi keuntungan dalam jual belimu!’” (HR. Tirmidzi no 1321, Hakim jilid 2 halaman 56, dan beliau berkata Shahih menurut syarat Imam Muslim dan disetujuhi oleh Imam Adz-Zahabi dan Syeikh Al-Albani menilai shahih dalam Al-Irwa 1295).
Imam As-Shan’ani berkata, “Hadis ini menunjukkan haramnya jual beli di dalam masjid, dan wajib bagi orang yang melihatnya untuk berkata kepada penjual dan pembeli semoga Allah tidak memberi keuntungan dalam jual belimu! Sebagai peringatan kepadanya,” (Subulus Salam jilid 1 halaman 321 Lihat pula An-Nail al-Author jilid 1 halaman 455 dan Ats-Tsamar al-Mustathob jliid 2 halaman 696).
4. Larangan Mengganggu Orang yang Beribadah di Masjid
Orang yang sedang menjalankan ibadah di dalam masjid membutuhkan ketenangan sehingga dilarang mengganggu kekhusyukan mereka, baik dengan ucapan maupun perbuatan. Di antara kesalahan yang sering terjadi, membaca ayat secara nyaring di masjid sehingga mengganggu shalat dan bacaan orang lain.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Ketahuilah, kalian semua sedang bermunajat kepada Allah, maka janganlah saling mengganggu satu sama lain. Janganlah kalian mengeraskan suara dalam membaca Al-Quran. Atau beliau berkata, ‘Dalam shalat’,” (HR. Abu Daud no 1332 dan Ahmad no 430 dan dinilai shahih oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Nata-ijul Afkar jilid 2 halaman 16).
5. Larangan Berteriak dan Membuat Gaduh di Masjid
Sebab, masjid dibangun bukan untuk ini. Demikian pula mengganggu dengan obrolan yang keras. Nabi ﷺ bersabda, “Ketahuilah bahwa setiap kalian sedang bermunajat (berbisik-bisik) dengan Rabbnya. Maka dari itu, janganlah sebagian kalian menyakiti yang lain dan janganlah mengeraskan bacaan atas yang lain,” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Al-Hakim dan dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihal-Jami’).
Apabila mengeraskan bacaan Al-Quran saja dilarang jika memang mengganggu orang lain yang sedang melakukan ibadah, lantas bagaimana kiranya jika mengganggu dengan suara-suara gaduh yang tidak bermanfaat? Sungguh, di antara fenomena yang menyedihkan, sebagian orang—terutama anak-anak muda—tidak merasa salah membuat kegaduhan di masjid saat shalat berjamaah sedang berlangsung.
6. Larangan Lewat di Dalam Masjid dengan Membawa Senjata Tajam
Janganlah seseorang lewat masjid dengan membawa senjata tajam, seperti pisau, pedang, dan sebagainya ketika melewati masjid. Sebab, hal itu dapat mengganggu seorang muslim bahkan bisa melukai seorang muslim. Terkecuali jika ia menutup mata pedang dengan tangannya atau dengan sesuatu.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian lewat di dalam masjid atau pasar kami dengan membawa lembing, maka hendaklah ia memegang mata lembing itu dengan tangannya sehingga ia tidak melukai orang muslim,” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Musa Radhiallahu ’Anhu dan dinilai shahih oleh Syeikh Al-Albani dalam shahih wa dho’if al-jami ashshoghir no.798).
7. Larangan Lewat di Depan Orang Shalat
Harap diperhatikan ketika kita berjalan di dalam masjid, jangan sampai melewati di depan orang yang sedang shalat. Hendaklah orang yang lewat di depan orang yang shalat takut akan dosa yang diperbuatnya. Rasulullah ﷺ bersabda, “Seandainya orang yang lewat di depan orang yang shalat mengetahui (dosa) yang ditanggungnya, niscaya ia memilih untuk berhenti selama 40 (tahun), itu lebih baik baginya daripada lewat di depan orang yang sedang shalat,” (HR. Bukhari no 510 dan Muslim no1132).
Yang terlarang adalah lewat di depan orang yang shalat sendirian atau di depan imam. Adapun jika lewat di depan makmum maka tidak mengapa. Hal ini didasari oleh perbuatan Ibnu Abbas Radhiallahu ’Anhu ketika beliau menginjak usia balig. Beliau pernah lewat di sela-sela shaf jamaah yang diimami oleh Rasulullah ﷺ dengan menunggangi keledai betina, lalu turun melepaskan keledainya baru kemudian beliau bergabung dalam shaf. Dan tidak ada seorang pun yang mengingkari perbuatan tersebut. Namun demikian, sebaiknya memilih jalan lain agar tidak lewat di depan shaf makmum.
8. Larangan Berkumpul di Dalam Masjid untuk Kepentingan Dunia
Terdapat larangan melingkar di dalam masjid (untuk berkumpul) demi kepentingan dunia semata. Rasulullah ﷺ bersabda, “Akan datang suatu masa kepada sekelompok orang, di mana mereka melingkar di dalam masjid untuk berkumpul dan mereka tidak mempunyai kepentingan kecuali dunia dan tidak ada bagi kepentingan apapun pada mereka maka janganlah duduk bersama mereka,” (HR. Al-Hakim jilid 4 halaman 359 dan dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani).
9. Larangan Keras Meludah di Masjid
Masjid sebagai tempat yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala di muka bumi ini, maka harus kita jaga kebersihannya. Oleh karena itu, dilarang meludah dan mengeluarkan dahak lalu membuangnya di dalam masjid, kecuali meludah di sapu tangan atau pakaiannya. Adapun di lantai masjid atau temboknya, hal ini dilarang. Nabi ﷺ bersabda, “Meludah di masjid adalah suatu dosa, dan kafarat (untuk diampuninya) adalah dengan menimbun ludah tersebut,” (Shahih al-Bukhari no 40).
Yang dimaksud menimbun ludah di sini adalah apabila lantai masjid itu dari tanah, pasir, atau semisalnya. Adapun jika lantai masjid itu berupa semen atau kapur, maka ia meludah di kainnya, tangannya, atau yang lain. []
Sumber: Muslim.Or.Id

Sunday, 29 October 2017

Inilah Amal Soleh Yang di Tolak & di Lempar Ke Muka.


"Tanda yang nampak pada lidah orang yang 'ujub itu ialah ia selalu mengatakan aku begini-begini, aku begini seperti perkataan Iblis (kepada Allah ketika ia tidak mahu sujud kepada Nabi Adam a.s.),

Surah Al A 'raf, ayat 12"Aku lebih baik daripadanya (Adam) kerana Engkau menjadikan aku daripada api dan Engkau menjadikannya daripada tanah". [QS 7:12]

Imam Abdullah bin Al Mubarak r.a. telah meriwayatkan di dalam kitab Al Zuhd dengan sanad beliau daripada seorang lelaki (iaitu Khalid bin Maadan) yang pernah berkata kepada Muaz:

"Wahai Muaz! Ceritakanlah kepadaku sebuah hadis yang pernah engkau dengar daripada Rasulullah s.a.w.".


Berkata rawi hadis tersebut (Khalid bin Maadan) lalu Muaz menangis sehingga aku sangka ia tidak dapat berhenti tetapi akhimya Muaz berhenti daripada tangisannya kemudian lalu Muaz berkata:

"Aku mendengar Rasulullah s.a.w. pernah bersabda kepadaku:
Wahai Muaz! Sebenarnya aku mahu menceritakan kepada kamu sebuah hadis jikalau engkau mampu memeliharanya pasti ia akan memberi manfaat akan dikau di sisi Allah tetapi jika engkau mensia-siakannya dan tidak memeliharanya maka akan terputuslah hujjahmu di hadapan Tuhan pada hari Kiamat nanti".

"Wahai Muaz! Sesungguhnya Allah S.W.T. telah menjadikan tujuh orang malaikat sebelum ia menciptakan langit dan bumi kemudian lalu ditentukannya pada setiap langit seorang malaikat daripada mereka untuk menjaga pintu langit tersebut".

Langit Pertama
Lalu naiklah malaikat Hafazhah membawa amalan seseorang hamba yang dilakukannya mulai dari pagi sampai ke petang. Amalan tersebut mempunyai nur bagaikan cahaya matahari, sehingga apabila malaikat Hafazhah yang membawa amalan hamba itu sampai ke langit yang pertama. Mereka menganggap bahawaamalan itu baik dan sangat banyak lalu berkata malaikat penjaga langit pertama itu bagi malaikat Hafazhah:

"Pukulkan dengan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya. Akulah malaikat penjaga ghibah (mengumpat). Allah telah menyuruhku supaya aku tidak membiarkan amalan orang yang mengumpat orang lain itu dapat melalui aku untuk terus naik ke atas".

Langit Ke 2
Kemudian datang pula malaikat Hafazhah membawa amalan seseorang hamba. Mereka menganggap bahawa amalan itu sangat baik dan sangat banyak (Malaikat itu berjaya melintasi langit yang pertama kerana orang yang mengerjakan amalan tersebut tidak terlibat dengan dosa mengumpat orang) sehingga mereka sampai ke langit yang kedua lalu berkata malaikat penjaga langit yang kedua itu:


"Berhenti kamu di sini dan pukulkan dengan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya kerana ia menghendaki dengan amalannya akan mendapat keuntungan dunia. Allah telah menyuruhku supaya aku tidak membiarkan amalan orang seperti ini melintasi aku untuk terus naik ke atas. Selain daripada itu ia juga suka membesarkan diri di dalam majlis perjumpaan. Akulah malaikat penjaga kebesaran".

Langit Ke 3
Kemudian naik pula malaikat Hafazhah membawa amal seseorang hamba yang penuh dengan sinaran dan cahaya daripada pahala sedekah, sembahyang, puasa. Para malaikat Hafazhah merasa hairan melihat keindahan amalan tersebut lalu mereka membawa amalan itu (melintasi langit yang pertama dan kedua) sehingga sampai ke pintu langit yang ketiga maka berkata malaikat penjaga langit ketiga itu:

"Berhenti kamu di sini dan pukulkan dengan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya. Akulah malaikat takbur. Allah menyuruhku supaya tidak membiarkan amalan orang yang takbur dapat melintasiku. Orang itu sangat suka membesarkan diri di dalam majlis orang ramai".

Langit Ke 4
Kemudian naik pula malaikat Hafazhah membawa amal seseorang hamba. Amal itu bersinar-sinar seperti bersinarnya bintang yang berkelip-kelip. Baginya suara tasbih, sembahyang, puasa, haji dan umrah. Para malaikat Hafazhah berjaya membawa amalan itu sehingga sampai ke pintu langit yang keempat maka berkata malaikat penjaga langit keempat itu:


"Berhenti kamu di sini dan pukulkan dengan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya, belakang dan juga perutnya. Akulah malaikat ujub. Allah menyuruhku supaya tidak membiarkan amalan orang yang ujub dapat melintasiku. Ia beramal adalah dengan dorongan perasaan ujub terhadap dirinya".

Nota:
'Ujub, takbur dan merasa bangga dengan diri sendiri adalah satu penyakit hati yang sangat susah diubati. 'Ujub itu ialah memandang kepada diri sendiri dengan pandangan kemuliaan dan kebesaran serta memandang orang lain dengan pandangan penghinaan. Tanda yang nampak pada lidah orang yang 'ujub itu ialah ia selalu mengatakan aku begini-begini, aku begini seperti perkataan Iblis (kepada Allah ketika ia tidak mahu sujud kepada Nabi Adam a.s.),
"Aku lebih baik daripadanya (Adam) kerana Engkau menjadikan aku daripada api dan Engkau menjadikannya daripada tanah". (Surah Al A 'raf, ayat 12)


Langit Ke 5
Kemudian naik pula malaikat Hafazhah membawa amal seseorang hamba sehingga mereka berjaya sampai ke pintu langit yang kelima seolah-olah amalan itu pengantin yang dihantar (disambut) ke rumah suaminya (maksudnya amalannya itu berseri-seri) lalu berkata malaikat penjaga langit yang kelima:


"Berhenti kamu dan pukulkan dengan amal ini akan muka orang yang mengerjakannya dan campakkanlah di atas tengkoknya. Akulah malaikat hasad ia sangat hasad kepada orang yang belajar ilmu dan beramal seperti amalannya. Ia hasad akan orang lain yang melakukan sebarang kelebihan di dalam ibadat ia juga mencela mereka. Allah menyuruhku supaya aku tidak membiarkan amalan orang yang hasad ini melintasi aku".

Langit Ke 6
Kemudian naik pula malaikat Hafazhah membawa amalan seseorang hamba. Baginya cahaya seperti bulan purnama daripada sembahyang, zakat, umrah, jihad dan puasa. Malaikat Hafazhah berjaya membawa amalannya sehingga sampai ke langit yang keenam lalu berkata malaikat penjaga langit tersebut:

"Berhentilah kamu dan pukulkan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya kerana ia tidak belas kasihan kepada hamba-hamba Allah yang terkena bala dan kesusahan bahkan ia merasa gembira dengan demikian. Akulah malaikat rahmat. Allah menyuruhku supaya tidak membiarkan amalan orang yang seperti ini dapat melintasi aku".

Langit Ke 7
Kemudian naiklah pula malaikat Hafazhah membawa amalan seseorang hamba. Amalan itu ialahsembahyang,puasa, nafkah, jihad dan warak. Baginya bunyi (maksudnya bunyi zikir) seperti bunyi lebah dan baginya cahaya seperti cahaya matahari dan naiklah bersama dengan amalan itu tiga ribu orang malaikat. Mereka telah berjaya membawanya sehingga sampai ke pintu langit yang ketujuh maka berkata malaikat penjaga pintu langit tersebut:

"Berhentilah kamu dan pukulkan dengan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya bahkan pukulkan pula akan seluruh anggota badannya dan tutupkan ke atas hatinya. Akulah malaikat zikir (zikir di sini bermakna: mencari sebutan, iaitu seorang yang beramal dengan tujuan supaya disebut-sebut oleh orang lain).

Aku akan menghalang amalan orang yang riak dari sampai kepada Tuhanku. la beramal bukan kerana mencari keredhaan Allah tetapi hanya bertujuan supaya mendapat tempat yang tinggi di hati para fukaha dan supaya disebut di kalangan para ulama dan supaya masyhur namanya di merata tempat. Allah menyuruhku supaya tidak membiarkan amalan orang yang riak itu melintasi aku, kerana setiap amalan yang tidak ikhlas adalah riak dan Allah tidak akan menerima amalan orang yang riak".

Di Hadapan Allah
Kemudian naik pula malaikat Hafazhah dengan amalan seseorang hamba. Amalan itu berupa sembahyang, zakat, puasa, haji, umrah, akhlak mulia, banyak berdiam (daripada perkara yang tidak berguna) dan banyak berzikir. Amalan hamba ini diusung oleh para malaikat penjaga tujuh petala langit sehingga mereka melintasi segala halangan dan sampai kepada Allah.


Para malaikat itu berhenti di hadapan Allah dan bersaksi dengan keikhlasan dan kebaikan amalan tersebut lalu Allah berfirman kepada para malaikatnya:

"Kamu adalah yang bertugas menjaga amalan hambaKu ini dan sebenarnya Aku lebih mengetahui dengan segala isi hatinya. la sebenarnya tidak menghendaki akan Aku dengan amalannya tersebut. la hanya menghendaki sesuatu yang lain daripadaKu oleh kerana itu maka Aku turunkan ke atasnya akan laknat Ku".

Lalu para malaikat tadi berkata:

"Ke atasnya laknat Mu dan juga laknat kami". Lalu melaknat akan dia oleh tujuh petala langit dan seisinya.

Mendengar sabda Rasulullah s.a.w. ini lalu Muaz menangis seraya berkata:
"Engkau adalah Rasulullah s.a.w. sedangkan aku adalah Muaz (hamba Allah yang bukan Rasul). Maka bagaimana aku dapat selamat dan sejahtera".

Lalu Rasulullah s.a.w. menjawab:
"Hendaklah engkau ikuti aku walaupun hanya dengan sedikit amalan. Wahai Muaz jaga lidahmu baik-baik daripada mencela saudaramu yang membaca Al Quran (golongan Ulama) dan pertanggungkanlah segala dosamu ke atasmu dan jangan engkau mempertanggungkan dosamu ke atas mereka dan jangan engkau menganggap dirimu bersih dan jangan pula engkau mencela orang lain dan jangan engkau memuji dirimu di hadapan mereka.

Dan jangan engkau campurkan urusan dunia di dalam urusan akhirat. Dan jangan engkau menyombong diri di dalam majlis nanti orang ramai akan takut kepadamu kerana kejahatanmu dan jangan engkau berbisik kepada seseorang sedangkan seorang lagi ada di sisimu danjangan engkau membesarkan dirimu maka akan terputus daripadamu segala kebaikan di dunia dan di akhirat. Dan jangan engkau carikkan (pecah belah) akan manusia maka mencarik akan dikau oleh anjing-anjing api neraka pada hari kiamat nanti".

Muaz bertanya: "Ya Rasulullah siapakah orang yang mampu melaksanakan segala perkara yang engkau sebutkan tadi? Dan siapakah yang akan selamat daripada seksaan itu?"

Nabi s.a.w. menjawab: "Itu sebenarnya mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah".

Kemudian lalu Khalid bin Maadan berkata: "Maka aku tidak pernah melihat seseorang yang
banyak membaca Al Quranul Karim lebih daripada Muaz kerana beliau faham terhadap hadis yang besar ini".

Hadis ini riwayat lbnul Mubarak di dalam Kitab Al Zuhd dan riwayat lbnul Jauzi di dalam kitab Al Maudhu'at (Lihat Takhrij Al Iraqi, Ihya Ulumiddin 3/295).


Dipetik dari kitab Bidayatul Hidayah  (Permulaan Jalan Hidayah) Imam Al Ghazali, muka surat 144.