Thursday, 30 November 2017

Ketika Malaikat Maut Mendatangi Orang Dzalim

DALAM sebuah riwayat, Imam Ghazali pernah menceritakan tentang keinginan Nabi Ibrahim AS yang penasaran akan wajah malaikat maut ketika mencabut nyawa orang yang dzalim. Dia memohon kepada Allah SWT untuk diperkenankan melihat bagaimana paras malaikat pencabut nyawa. Keinginan beliaupun dikabulkan oleh Allah SWT.
Diperlihatkanlah sosok pria dengan tubuh yang sangat besar, berkulit hitam legam. Sosok yang sangat menakutkan, rambutnya berdiri seperti lidi dan tajam, berbau busuk, memiliki dua mata satu di depan dan yang satu di belakang. Ia mengenakan pakaian serba hitam, dari mulutnya keluar jilatan api yang berkobar-kobar.
Seketika Nabi Ibrahim AS jatuh pingsan, setelah kembali sadar beliau merenung, betapa Allah SWT menunjukkan kuasanya untuk memberi pelajaran bagi setiap manusia untuk tunduk pada-Nya.
Lebih lanjut Imam Ghazali menuturkan, di akhir sakaratul maut, manusia akan diperlihatkan wajah malaikat pencatat Amal. Kepada orang dzalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir ke tengah-tengah perbuatan keji, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan buruk, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan buruk. Semoga Allah SWT tidak memberimu balasan yang baik!”
Siapa yang takkan bergetar hatinya ketika mendengar malaikat berbicara serta mengatakan dengan suara yang lantang dan Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa malaikat akan memberi kabar buruk kepada orang dzalim menjelang sakaratul mautnya.
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang dzalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut,sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (seraya berkata): ‘keluarkan nyawamu.’ Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah SWT (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS. Al-An’am:93).
Seketika Nabi Ibrahim AS jatuh pingsan, setelah kembali sadar beliau merenung, betapa Allah SWT menunjukkan kuasanya untuk memberi pelajaran bagi setiap manusia untuk tunduk pada-Nya.
Lebih lanjut Imam Ghazali menuturkan, di akhir sakaratul maut, manusia akan diperlihatkan wajah malaikat pencatat Amal. Kepada orang dzalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir ke tengah-tengah perbuatan keji, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan buruk, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan buruk. Semoga Allah SWT tidak memberimu balasan yang baik!”
Siapa yang takkan bergetar hatinya ketika mendengar malaikat berbicara serta mengatakan dengan suara yang lantang dan Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa malaikat akan memberi kabar buruk kepada orang dzalim menjelang sakaratul mautnya.
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang dzalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut,sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (seraya berkata): ‘keluarkan nyawamu.’ Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah SWT (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS. Al-An’am:93).
Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang yang dzalim di neraka, “Wahai musuh Allah SWT itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka.”
Orang-orang dzalim ketika mereka menghadapi kematian, ruhnya akan keluar dengan susah payah. Mereka benar-benar tersiksa dengan keadaan itu. Mungkin pernah kita saksikan kematian beberapa orang disekitar dengan proses yang begitu sulit dan menegangkan atau mungkin amat menakutkan.
Betapa kepedihan yang teramat sangat itu dirasakan oleh mereka yang enggan mempercayai akan adanya akhirat, enggan mengakui kuasa Allah Yang Maha Esa.
Hingga pada suatu masa, nyawa yang melekat dalam raga ini akan di kembalikan kepada pemiliknya. Di saat itulah, penyesalan demi penyeselan memenuhi ruang jiwa, tiada daya upaya yang mampu mereka lakukan kecuali terus merintih, memohon agar nyawa tak berpisah dengan raga, memohon agar Allah sudi memberi sedikit saja waktu untuk memperbaiki tingkah laku serta bertaubat sepenuhnya atas segala perbuatan buruk selama ini.
Namun, sekali lagi tiada seorangpun yang mampu menghalangi ataupun menunda keputusan Illahi Rabbi, percuma saja, semua sia-sia.
Allah berfirman, “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: ‘Ya Rabbi kembalikan aku ke dunia. Agar aku berbuat amal saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan merekaada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al-Mukminun: 99-100).
Membayangkannya saja air mata ini tak sanggup lagi bertahan, ketakutan menyeruak keseluruh tubuh, namun kembali, ucapan itu hanya akan didengar oleh mereka yang selama hidupnya tiada henti melakukan kedzoliman terhadap orang lain ataupun diri sendiri. Ingatlah! kala tangan bergerak diluar porsi fungsinya, ada malaikat yang mencatat. Kala mata mulai memandang kearah yang membuat hati berkata dan berpikir buruk, ada malaikat yang kan menggerakkan jemarinya menulis sedetail-detailnya pikiranmu. Kala hati berniat melangkahkan kaki ketempat yang tidak Allah Swt senangi, ada malaikat yang tak pernah tidur melihat tiap gerak gerikmu.
Maka, jangan kau tanya bagimana rasa sakit yang dialami oleh orang yang pernah mengalami mati (mati suri), sudah jelas sakit yang mereka rasakan adalah sakit yang tak pernah kau temui selama di dunia.
Orang yang tertancap pedang saja masih sanggup berteriak,namun tidak kala matamu telah bertemu dengan malaikat maut. Jangankan berteriak, kerongkongan ini serasa kering seketika tanpa diminta, organ tubuh ini serasa berhenti, meski kita masih menginginkan ia bersemi damai dalam raga ini. Bahkan akal sekalipun telah terhenti dan tertutupi karena merasakan sakit sakaratul maut yang luar biasa. Kalaupun masih tersisa kekuatan, itu di saat ruh dicabut dan diangkat. Namun, saat itu, warna tubuh sudah berubah dan rasa sakit sudah menyerang ke seluruh anggota tubuh. Hingga akhirnya bagian hitam matanya naik sampai menyentuh kelopak mata, sementara lidah tertarik ke dalam hingga pangkalnya dan jari jemari juga menjadi kaku.
Tak lagi sanggup membayangkan rasa sakit, di kala urat-urat dicabut satu persatu dari tubuh. Mulanya kedua kaki menjadi dingin, lalu kedua betisnya, kemudian kedua pahanya, dan seterusnya. Saat itulah pandangan terhadap dunia yang fana ini perlahan mulai sirna, dan tertutuplah sudah pintu taubat yang selama ini jarang kita masuki. Tinggallah penyesalan dan kekecewaan yang mendampingi rasa sakit yang tiada henti hingga hari kiamat nanti.
Sebuah hadist yang disampaikan lewat sahabatnya Abu Hurairah, “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).” (HR. Al-Tirmidzi).
Setiap manusia yang jauh terlena dengan keindahan dunia, selalu menyesal di kala nyawa sudah di ujung tanduk. Mereka tak pernah menyadari ataupun mengingat bahwa mati akan datang tanpa menunggu kita siap. Tak peduli dengan iman yang lekat ataupun yang tak taat. KeputusanNya jelas nyata tak dapat di rundingkan layaknya kau berunding saham dengan klienmu di dunia.
Jangan menunda waktu untuk hijrah memperbaiki diri, segerakan. Ingat! Mati tak menunggu usia tua, tak menunggu kau kaya, tak pula menunggu amalmu sempurna. []
Referensi: Saat Maut Menjemputku, penulis: Andi Farouq bin Abbas Hasana

Tuesday, 7 November 2017

Kebodohan Salah Satu Pintu Setan

Allah Ta'ala, berfirman:
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمٰلًا
"Katakanlah (Muhammad), Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu tentang orang yang paling rugi perbuatannya?" (QS. Al-Kahf 18: Ayat 103)
الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
"(Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya." (QS. Al-Kahf 18: Ayat 104)
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ اللهَ تَعَالىَ يُبْغِضُ كُلَّ عَالِمٍ بِالدُّنْيَا جَاهِلٍ بِالْآخِرَة
“Sesungguhnya Allah ta’ala membenci orang yang pandai dalam urusan dunia namun bodoh dalam perkara akherat”. (HR. Al-Hakim)
Pintu masuknya setan itu banyak, namun kebodohan adalah sumber dari pintu-pintu masuknya setan. Dari kebodohan itulah semua pintu terbuka bagi setan untuk menggoda, mengganggu, dan bahkan menjadi teman dalam berbagai kemaksiatan, sementara orang yang bodoh tidak menyadarinya.
Pintu masuk setan yang terbesar adalah al-Jahl (kebodohan). Dari pintu inilah setan menguasai sebagian besar manusia, hingga mengharamkan apa yang dihalalkan Allah Ta'ala dan sebaliknya menghalalkan apa yang diharamkanNya, serta beribadah kepada Allah Ta'ala dengan kebid`ahan-kebid`ahan.
Ibnul Jauzy berkata, "Ketahuilah bahwa pintu terbesar bagi iblis untuk masuk menggoda manusia adalah al-Jahl (kebodohan). Dengan penuh rasa aman dia masuk dari pintu tersebut untuk menggoda orang-orang bodoh. Sedangkan terhadap orang yang berilmu, iblis tidaklah masuk menggodanya kecuali dengan mencuri-curi kesempatan saat lengah. Sesungguhnya iblis telah menipu sebagian besar ahli ibadah karena sedikitnya ilmu mereka. Karena mayoritas mereka sibuk beribadah, namun tidaklah didasari dengan ilmu."
Abdullah Ibn Mubarak menuturkan, “Kebodohan adalah kematian sebelum kematian yang sebenarnya sebelum kuburan. Jasad mereka telah menjadi kuburan. Orang tanpa ilmu laksana mayat sebelum berbangkit, ia tidak akan dibangkitkan”
Abul Hasan al Mawardi berkata “Barangkali, ada orang yang enggan menuntut ilmu karena usianya sudah lanjut. Atau merasa malu untuk menuntutnya ketika sudah tua karena pada masa mudanya ia telah menyia-nyiakannya”
Akhirnya, ia rela menerima kebodohan sebagai ciri khasnya dan lebih memilih daripada harus belajar dan mengaji. Ini merupakan tipu daya kebodohan dan kemalasan. Sebab, jika ilmu menjadi sebuah keutamaan, orang-orang berusia lanjut seharusnya tetap mencintainya, karena memulai suatu kebaikan merupakan kebaikan. Menjadi tua yang mau belajar jauh lebih baik daripada menjadi tua yang bodoh” (Adabud Dunya wad Din. Hal 26)
Oleh karena itu kedudukan orang berilmu lebih ditakuti setan daripada orang yang ahli ibadah. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
فَقِيهٌ وَاحِدٌ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ
“Satu orang alim ulama lebih berat bagi syetan daripada seribu ahli ibadah.” (HR. al-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dari itu semua, kita mengetahui betapa penting membekali diri dengan ilmu syar’i. Karena ia merupakan unsur paling utama untuk menolak setan. Setiap bertambah ilmu yang bermanfaat pada seorang hamba, yang dengan itu menjadikan dirinya takut dan bertakwa kepada Allah Ta’ala, maka akan bertambah keselamatan dirinya dari bisikan dan jeratan setan. Dan hanya Allahlah tempat memohon pertolongan.
Wallahu a'lam
Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia
SuaraIslam.com