Thursday, 30 December 2021

Sikap Pendiri NU, KH Hasyim Asyari, terhadap Gagasan Ukhuwah Islamiyah

HADRATUS  Syaikh KH Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama’ (NU), merupakan ulama pejuang yang memahami bagaimana cara untuk mencapai umat Muslim Indonesia yang terbaik. Ia melestarikan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah di Indonesia ini dengan merespon persoalan-persoalan aktual pada zamannya dengan tetap berada pada semangat mempertahankan ukhuwah Islam.

Menurut KH. Hasyim Asyari, berlebihan membela  perkara furu’ (perkara cabang dalam agama) kemudian teledor dalam perkara ushul itu tidak baik. Pada tanggal 9 Pebruari 1940 bertepatan dengan mu’tamar NU ke-XV di Surabaya Jawa Timur ia menyampaikan pidato bersejarah:

“Wahai para ulama’ yang fanatik terhadap madzhab-madzhab atau terhadap suatu pendapat, tinggalkanlah kefanatikanmu terhadap perkara-perakar furu’, dimana para ulama telah memiliki dua pendapat yaitu; setiap mujtahid itu benar dan pendapat satunya mengatakan mujtahid yang benar itu satu akan tetapi pendapat yang salah itu tetap diberi pahala. Tinggalkanlah fanatisme dan hindarilah jurang yang merusakkan ini (fanatisme). Belalah agama Islam, berusahalah memerangi orang yang menghinal al-Qur’an, menghina sifat Allah dan perangi orang yang mengaku-ngaku ikut ilmu batil dan akidah yang rusak. Jihad dalam usaha memerangi (pemikiran-pemikiran) tersebut adalah wajib” (Hasyim Asy’ari, al-Tibyan fi al-Nahyi ‘an Muqatha’ati al-Arham wa al-‘Aqarib wa al-Ikhwan , hal. 33)”.

Berpegangan madzhab itu penting dan wajib, dikarenakan belum sampai pada level mujtahid.

Menurutnya, ada tiga alasan kenapa harus mengikut madzhab. Pertama, umat telah sepakat dalam memahami syariat berpegangan dengan ulama salaf tabi’in. Mereka ini berpegangan dengan syariat yang diajarkan sahabat Nabi ﷺ. Syariat tidak dapat diketahui kecuali dengan dalil naqli dan istinbath (penggalian hukum).

Kedua, sabda Nabi ﷺ yang berbunyi, ikutilah golongan terbesar. Sedangkan empat madzhab tersebut selalu menjadi kelompok mayoritas.

Sebagian besar ulama dan tokoh Islam mengikuti madzhab. Seperti dikatakan: “Kebanyakan mereka adalah ahli madzhab empat, Imam Bukhari adalah pengikut Imam Syafi’i dari jalur al-Hamidi, al-Za’farani dan Karabisi.

Begitu juga dengan Ibnu Khuzaimah dan al-Nasa’i. Imam Junaid mengikuti Madzhab Imam Tsauri. Imam Syibli mengikuti Imam Malik, al-Muhasibi mengikti Imam Syafi’i, Imam Jariri mengikut Madzhab Imam Hanafi, Abdul Qadir al-Jailani mengikuti Imam Hanbali, Imam Syadzili mengikuti Imam Malik.

Ketiga, keadaan zaman yang sudah begitu rusak, di mana sudah sulit ditemukan ulama yang benar, dan banyak orang yang tidak amanah (KH. Hasyim Asy’ari, Risalah Ahlissunnah wal Jama’ah, hal. 15).

Meskipun begitu, KH Hasyim tidak mengajarkan untuk fanatis. Menganut salah satu madzhab fikih bukan berarti fanatik, karena mengikut imam yang memiliki otoritas keilmuan merupakan hal yang sangat lazim dalam Islam sebagaimana yang dijalankan oleh para ulama terdahulu.

Tetapi bila menyesatkan madzhab fikih lain atau imam yang lain adalah tidak lazim. Maka, pendapat KH. Hasyim Asy’ari mempertahankan madzhab yang sudah ada dapat ditafsirkan sebagai usaha beliau agar tidak ada konfrontasi sosial di antara kaum Muslimin di Jawa. Sebab, madzhab (dalam hal ini Syafi’iyah) merupakan warisan pada muballigh yang datang ke Nusantara.

Ketika umat Islam dijajah oleh Belanda dan Jepang pada tahun 1900-an, berdiri organisasi-organisasi Islam dengan berbagai varian pemikirannya. Maka, di saat ini ukhuwah Islam dikedepankan oleh KH Hasyim Asy’ari.

Hal ini menjadikan perselisihan furu’ yang telah terjadi, bisa dikelola dengan baik dengan mengedepankan semangat ukhuwah.

Kepada para penganut madzhab yang jumlahnya mayoritas di Indonesia, KH Hasyim menganjurkan untuk tetap mempertahankan madzhabnya itu. Sementara kepada jamaah lain yang tidak bermadzhab untuk tidak menggugat sitem madzhab.

Jawaban terhadap penggugat madzhab telah ditulis dalam kitabnya Risalah Ahlissunnah, tujuannya supaya penggugat madzhab memahami dengan benar apa yang dianut Madzhab syafi’iyyah. Jadi jawaban beliau dalam konteks membangun tafahum (saling memahami) kepada kaum Muslim yang tidak menganut madzhab.

Jadi, penjelasan-penjelasan KH Hasyim Asy’ari tentang sistem ke-madzhaban ini bertujuan dua; internal dan eksternal. Internal untuk kalangan penganut madzhab untuk tetap bermadzhab, tetapi tidak fanatik.

Sementara secara eksternal, memberi pemahaman kaum Muslimin yang tidak bermadzhab, bahwa madzhab itu tradisi Islam yang lazim, sehingga tidak perlu digugat. Apalagi penganut madzhab di Indonesia mayoritas.

Penjajah dan Persatuan Islam

Pada sekitar tahun 1935, Belanda memainkan politik tipu muslihat. Gubernur Belanda bersikap melunak kepada pesantrennya. Pemerintah penjajah menawarkan bantuan.

Tidak cukup itu, Belanda mengumumkan akan memberikan gelar Bintang Perak kepada KH. Hasyim Asyari atas jasanya dalam mengembangkan pendidikan Islam. Tetapi gelar kehormatan dalam bidang pendidikan dan bantuan itu ia tolak.

Penjajah Belanda tidak putus harapan. Untuk kedua kalinya KH. Hasyim Asy’ari didekati dengan melakukan lobi-lobi melalui orang-orang suruhan Belanda. Menyampaikan maksud dari pemerintah Belanda akan memberikan gelar yang lebih tinggi lagi yaitu memberikan Bintang Emas.

Pemberian kedua ini pun ia tolak sekali lagi. Sebab beliau tahu bahwa pemberian gelar itu cuma akal-akalan Belanda supaya beliau jinak kepada penjajah asing.

Pemikiran demikian yang hendak dibangun untuk menyambung persaudaraan muslimin di saat kaum muslimin dijajah asing. KH. Hasyim Asy’ari adalah pejuang yang dikenal tidak pernah mau tunduk kepada penjajah Belanda dan Jepang meski beliau sering membujuknya.

KH Hasyim Asy’ari pernah menyampaikan pidato tegas dalam acara pertemuan ulama seluruh Jawa Barat di Bandung. Ia mengatakan:

“Kita seharusnya tidak lupa bahwa pemerintahan dan pemimpin mereka (Belanda) adalah Kristen dan Yahudi yang melawan Islam. Memang benar, mereka seringkali mengklaim bahwa mereka akan netral terhadap berbagai agama dan mereka tidak akan menganak emaskan satu agama, akan tetapi jika seseorang meneliti berbagai usaha mereka untuk mencegah perkembangan Islam pastilah tahu bahwa apa yang mereka katakana tidak sesuai dengan apa yang mereka praktekkan. Kita harus ingat bahwa Belanda berusaha agar anak-anak kita menjauhkan mereka dari ajaran-ajaran Islam dan mencekoki mereka dengan kebiasaan buruknya. Belanda telah merusak kehormatan Negara kita dan mengeruk kekayaan. Belanda telah mencoba memisahkan ulama dari umat. Dalam berbagai hal, Belanda telah merusak kepercayaan umat terhadap ulama dengan berbagai cara” (Mutiara-Mutiara Dakwah KH. Hasyim Asy’ari, hal. 294).”

Apa yang diinginkan oleh KH. Hasyim Asy’ari dari semua sikapnya ini adalah supaya bangsa Indonesia bisa hidup mandiri, bebas dari intervensi asing, dan membangun negara yang adil dan beradab. Dalam keadaan umat Islam diserang dan dipojokkan terus oleh penjajah, maka KH. Hasyim Asy’ari membangun jaringan intelektual dan ulama Muslim untuk menyatukan muslimin dalam satu wadah.

Sebab, untuk membangun kekuatan bangsa Indonesia, diperlukan jaringan intelektual Muslim sebagai penggerak.  Bagi KH. Hasyim Asy’ari,  para intelektual Muslim, jangan sampai terpecah tapi harus menyatu.

Indonesia akan lemah jika intelektual Muslim lemah. Pada tahun 1944, beberapa tokoh Islam mengangkat KH. Hasyim Asy’ari sebagai ketua MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) yang komponennya dari beberapa organisasi Islam di Indonesia.

Ketika keadaan umat Islam Indonesia terjadi perpecahan pada masa penjajahan. KH. Hasyim Asyari tetap mengusahakan untuk membuat persatuan di antara mereka. Jika umat Islam — sebagai komponen terbesar bangsa Indonesia —  terpecah, maka akan berpengaruh besar terhadap bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Apalagi Indonesia masih sedang dalam cengkeraman penjajah. Jadi persatuan Indonesia, harus diasaskan terlebih dahulu oleh persatuan umat Muslim Indonesia. Persatuan menurut KH. Hasyim Asy’ari harus dibangun di atas dasar keikhlasan dan kesadaran individu. Selain itu, perlu adanya kesadaran berdasarkan agama yang satu yaitu Islam (Mutiara-Mutiara Dakwah KH. Hasyim Asy’ari, hal. 294).*

Penulis peneliti InPAS dan dosen di INI-Dalwa, Bangil, Pasuruan

Wednesday, 24 March 2021

Namimah : Perusak Solidaritas

 Ada sebuah hadits Dari Ibnu Abbas, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, menceritakan bahwa  ketika Rasulullah saw. melewati sebuah kebun di Madinah atau Mekah beliau mendengar suara dua orang yang sedang menangis karena disiksa dalam kuburnya. Nabi bersabda, "Keduanya sedang disiksa  karena masalah yang sulit untuk mereka tinggalkan". Kemudian beliau kembali bersabda, "Mereka tidaklah disiksa karena dosa yang mereka anggap dosa besar. Orang yang pertama tidak menjaga diri dari percikan air kencingnya sendiri. Sedangkan orang kedua suka melakukan namimah". (HR. Bukhari).🌿


👉 Berkata Imam Nawawi men-syarah hadits di atas, "Para ulama menjelaskan namimah adalah menyampaikan perkataan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak hubungan di antara mereka". Jadi,  Namimah adalah adu domba atau provokasi. Namimah bisa berbentuk ucapan, bisa pula dalam bentuk perbuatan. Segala bentuk ucapan yang menjurus agar seseorang membenci atau menyakiti orang lain, termasuk namimah.

Namimah bisa berakibat rusaknya hubungan atau persaudaraan sesama muslim. Akan ada benih kebencian dan dendam pada diri seseorang bila ia termakan namimah orang lain. Dampak lebih jauhnya, perselisihan semakin meruncing. Bukan hanya kerusakan diri, bisa jadi kerusakan materi pula bila terjadi perkelahian atau kontak fisik. 🌺


✍️ Suatu saat Imam Syafi’i didatangi seseorang yang menyampaikan kepadanya bahwa sesungguhnya si fulan dalam suatu pertemuan telah mengatakan begini dan begitu tentang engkau wahai Imam. Lalu Imam Syafii mendatangi orang yang menceritakan sang imam itu dalam  majlis. Apa yang dilakukan oleh Iman Syafi’i ? Ia menyampaikan terima kasih kepada si fulan. Orang yang melaporkan ke Imam Syafii itu merasa heran dan bertanya-tanya kenapa justru dia mendatanginya. Imam Syafii mengatakan “saya telah menyampaikan terima kasih kepadanya karena sesungguhnya ia telah melimpahkan kebaikannya ke dalam timbangan kebaikanku tanpa saya harus berbuat kebaikan dan kejelekan saya telah dilimpahkan kepadanya”. Itulah salah satu resiko yang harus ditanggung jika kita suka menceritakan aib orang kepada orang lain. Menurut sejumlah ulama bahwa ketika seseorang menggunjing, mengadu domba dan memutarbalikkan fakta maka itu adalah wujud dari lemahnya keimanan orang tersebut. Dalam Islam perbuatan tersebut dinamakan sebagai Namimah. 🍁


👉 Namimah adalah perbuatan yang diharamkan dalam agama dengan berbagai dalil dari Al Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw antara lain sebagai berikut:


قال رسول الله صلي الله عليه وسلم  ” لا يَدْخُلُ الجَنَّةَ نَمَّامٌ ” رواه البخاري ومسلم. 

Artinya; Tidak akan masuk surga orang-orang yang suka mengadu domba (namimah).


قال تعالى : وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ . هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ (سورة القلم:) 10،11 

Artinya; Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, Yang suka mencaci, lagi yang suka menyebarkan fitnah hasutan (untuk memecah belahkan orang ramai) 🎋


✍️ Seorang muslim sejatinya menjunjung tinggi prilaku yang terpuji, baik dari segi tingkah laku maupun komunikasi dengan orang lain. Dan pada waktu yang sama menghindari perilaku negatif seperti menggunjing dan mengadu domba karena hal yang demikian itu sangat berbahaya terhadap kehidupan seseorang. Akibatnya bisa merusak hubungan persaudaraan antara satu dengan yang lain, merusak kerukunan hidup seseorang, dan menimbulkan kondisi masyarakat yang tidak kondusif, dan yang lebih parah lagi dapat mengakibatkan pembunuhan atau konflik antara sesama.🙏

Friday, 16 October 2020

BALASAN ORANG DZOLIM

 Orang dholim itu akan dibalas melalui 4 fase , mari kita pahami agar kita tidak berburuk sangka kepada Allah dan putus asa melihat kenyamanan si dholim dalam melancarkan kejahatannya.


1. Penundaan 

وَاُمْلِيْ لَهُمْۗ اِنَّ كَيْدِيْ مَتِيْنٌ

"Dan Aku akan memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencanaKu amat teguh." (Al Qalam 45).

Di fase ini Allah menangguhkan adzab bagi orang dholim..semoga dia bertaubat atau kembali ke jalan yang benar.

2. ISTIDRAJ  

سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُوْنَ

"Kami akan menarik mereka dengan ber angsur angsur ke arah kebinasaan dengan cara yang tidak mereka ketahui." (Al A'raf 182).

Bukan berarti dunia disempitkan bagi mereka, bahkan justru dibukakan dunia selebar lebarnya, diangkat derajadnya dimata manusia, dihamparkan baginya rizqi dan kelezatan dunia, Allah memberikan apa saja yang dia inginkan bahkan melebihi yang mereka harapkan. PIKIR FASE INI YA.

3. Pemolesan hingga kelihatan baik

وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطٰنُ اَعْمَالَهُمْ

"Dan Setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan perbuatan mereka." (An-Naml 24). 

Saat itu hati orang dholim akan mati, karenanya ia akan menganggap seluruh pendapatnya adalah kebaikan yang musti ia lakukan, hatinya tidak akan hidup lagi untuk menyesali apa yang sudah ia lakukan.

4. Turun Adzab 

وَكَذٰلِكَ اَخْذُ رَبِّكَ اِذَآ اَخَذَ الْقُرٰى وَهِيَ ظَالِمَةٌ ۗاِنَّ اَخْذَهٗٓ اَلِيْمٌ شَدِيْدٌ

"Dan begitulah adzab tuhanmu, apabila dia mengadzab penduduk negri negri yang berbuat dholim, sesungguhnya adzab Nya itu adalah sangat pedih lagi keras." (Hud 102).

Pada saat ini orang dholim tidak diberi ampun lagi, kesempatan untuk perbaikan sudah ditutup, adzab Allah segera turun terhadap Si dholim dan bentuk adzab sangatlah dahsyad, TIDAK TERBAYANGKAN OLEH SIAPAPUN.

"Ketika itulah Hati orang-orang mu'min TEROBATI."
 
Marilah kita lebih menjaga diri kita, selalu berbuat yang benar.. menjaga jangan sampai jadi orang jahat.

Ada yang bilang ORANG JAHAT ITU AWET REJEKINYA ..PANJANG UMURNYA .. KOKOH DUNIANYA. 

Waspadalah! SEMUA TINGGAL NUNGGU TANGGAL MAINNYA. Yang TERDZALIMI harus sabar. SABAR ITU akan berujung keBAHAGIAan.

(KH. Àchmad Satori Ismail)


Wednesday, 2 September 2020

Inspiratif! 5 Kisah Marbot Masjid yang Sukses di Bidangnya Masing-Masing

Jadi marbot masjid kadang kala masih di pandang sebelah mata di masyarakat. Sebab, di samping gajinya yang tidak seberapa, menjadi marbot masjid juga kadang punya beban moral di masyarakat. Namun sejatinya pekerjaan ini begitu mulia, karena dialah penjaga rumah Allah

Dan jangan disangka tidak semua marbot masjid hidupnya serba kesusahan. Namun banyak juga marbot masjid yang punya ide dan pemikiran berlian serta semangat kerja yang tinggi. Ia bahkan mampu menunjukan bahwa dirinya juga bisa meraih kesuksesan seperti orang pada umumnya.

Nah berikut, kisah-kisah para marbot masjid yang sudah dirangkum Muslim Obsession. Para marbot masjid ini nyatanya bisa sukses di bidang-bidangnya masing-masing. Mereka mampu meubah hidupnya menjadi seorang pengusaha muslim yang suskses.

Berikut ringkasannya:

1. Adi Akbar

Adi Akbar

Tidak ada yang menyangka seorang marbot masjid di Kota Makassar bernama Adi Akbar kini berhasil menjadi pengusaha yang memiliki tiga rumah makan. Ia merasa kesuksesannya itu berkat doa yang sering ia panjatkan di masjid ketika menjadi seorang marbot.

“Selama tujuh tahun tinggal di masjid, banyak doa yang saya panjatkan terkabul disana. Termasuk kelancaran berbisnis dan jodoh,” katanya di Hotel Lariz, Jalan Sultan Alauddin, beberapa waktu lalu.

Dari kenalannya di masjid itu ia kemudian diperkenalkan dengan seorang pengusaha sukses. Dari sana Andi belajar. Kepercayaan, integritas dan kejujuran pun ia peroleh dari pimpinannya.

Ini pula yang membuat karirnya semakin melejit dengan diberikannya amanah strategis untuk bekerja di rumah makan milik bosnya sampai ia mampu mendirikan usaha sendiri. Sekali lagi, semua karena pengabdiannya di masjid.

“Setiap saya berdoa, saya selalu yakin dengan doa yang saya panjatkan. Karena awalnya modal saya ialah inspirasi dari bos sebelumnya yakni Bapak Ahmad Tonang,” ujarnya dalam Kelas Inspirasi yang dihadiri puluhan peserta.

Saat ini, Adi Akbar telah memiliki tiga rumah makan yakni rumah makan Bonetamparang, Bonenalino, Bonebinang. Rencananya, pada Agustus 2019 akan dilaunching warung ke empat di Jalan Pontiku, Makassar.

2. Elang Gumilang

Di balik kesuksesan Elang Gemilang sebagai seorang miliader, ternyata dia pernah bertahun-bertahun pernah menjadi seorang marbot masjid. Masjid kata dia menjadi sumber inspirasinya untuk meraih kesuksesan.

Menurutnya, ada tiga cara untuk menjadi orang kaya yaitu terlahir dari keluarga kaya, menikah dengan pasangan yang kaya, dan berusaha sungguh-sungguh. Jalan ketigalah yang dipilih oleh Elang Gumilang, peraih gelar Wirausahawan Muda Mandiri 2007 ini.

Mungkin belum banyak yang tahu jika ide-ide kreatif Elang lebih banyak lahir dari masjid. Sejak semester lima, Elang tinggal di sebuah masjid yang berada di dekat terminal Bogor. Siang hari ia sibuk dengan aktivitas kuliah, namun ketika malam tiba, ia menjadi pelayan Tuhan, dengan menjadi penjaga masjid.

Di rumah Allah itu, setiap malam Elang selalu bermunajat kepada Sang Maha Kaya, agar dirinya memiliki jiwa yang mandiri dan berguna bagi orang lain. Doanya Elang terkabul. Ia kini mampu mendirikan perusahaan property Elang Group dengan omset miliaran rupiah.

3. Thoriq

Kisah kesuksesan Thoriq sebagai pengusaha buah-buahan berawal dari seorang karyawan di toko buah. Karena usaha buah di tempat kerjanya anjlok. Ia kemudian di PHK, dan diperintahkan oleh mantan bosnya untuk mengurus masjid sebagai marbot. Perintahnya itu ia jalani sebagai marbot tanpa di bayar.

Dengan tulus ikhlas Thoriq kemudian bekerja sibuk menjadi marbot masjid. Pekerjaan itu ia lakoni selama tiga tahun. Tanpa rasa mengeluh, ia begitu menikmati bekerja sebagai marbot. “Semua saya jalani dan ikhlas dan sabar aja,” kata Thoriq dalam laman akun facebook mangrove inspiration.

Setelah merasa cukup, ia kemudian mencoba untuk membuka usaha berjualan buah. Tak membutuhkan waktu lama, Thoriq bersyukur usahanya kian berkembang pesat, sampai di kirim ke berbagai kota besar. Ia merasa semua itu karena pertolongan Allah.

“Kesuksesan saya sampai saat ini tidak lepas dari pertolongan Allah,” katanya.

“Jika kita sabar dan ikhlas mengurus rumah Allah, dan bertakwa kepada Allah, maka Allah akan memudahkan kita dalam mencari rezeki,” jelasnya.

4. Ikhsan Suhendro

Ikhsan Sihendro menjadi lulusan terbaik IPB pada wisuda tahap IV tahun akademik 2017/2018, selain berkuliah, aktif berorganisasi serta menjalani profesi sebagai marbot di Masjid Al Hurriyah Kampus Dramaga, Bogor, Jawa Barat.

“Menjadi marbot masjid selain menjadi wadah pengembangan bakat, dan pengembanan amanah, juga mendapat mess (asrama) gratis,” kata Ikhsan, di Bogor, Jumat.

Pemuda asal Lampung ini merupakan mahasiswa IPB dari Fakultas Peternakan. Ia lulus seleksi SNMPTN melalui jalur undangan program Bidikmisi dari pemerintah.

Usai diterima masuk IPB, Ikhsan mendaftar sebagai marbot Masjid Al Hurriyah. Profesi sebagai marbot ia lakoni dari tahun 2014 sampai 2017.

Memilih menjadi marbot masjid tanpa pikir panjang. Hal ini juga untuk meringankan beban orangtuanya yang berasal dari keluarga tidak mampu. Selain itu untuk memenuhi hasratnya yang gemar berorganisasi.

“Selain bisa mengerjakan ibadah sunnah, manfaat lainnya bisa shalat berjamaah, dan menjaga ikatan ukhuwah (persaudaraan) yang kuat hingga sekarang,” katanya.

Selama menempuh pendidikan di IPB, Ikhsan selalu memegang nasehat salah satu ustadznya yang mengatakan sebagai aktivis dakwah harusnya berprestasi, agar dakwah yang disampaikan didengar.

“Jika belajar adalah ibadah, maka berprestasi adalah dakwah,” kata Ikhsan mengulang pesan ustadznya.

5. Prof. Udin

Inilah contoh betapa dahsyatnya hijrah. Dari seorang marbot masjid yang kini menjadi guru besar. Profesor Udin. Resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada 8 Agustus lalu pada umur 41 tahun.

Pria yang bernama lengkap Mohamad Khoirudin ini pada 1998 melakukan hijrah ke Yogya untuk melanjutkan studinya di Jurusan Elektro UNY. Ekonomi yang kurang mendukung tidak menyurutkan semangat belajarnya. Ia bertekad bisa kuliah secara mandiri.

Kisah Prof.Khairuddin menjadi viral setelah sebuah akun Facebook milik Falasifah Ani Yuniarti membagikan cerita tersebut dengan judul tulisan ‘Udin dari Marbot Masjid Jadi Profesor’.

Dalam unggahan tersebut, dikisahkan bagaimana Udin nekat dengan hanya berbekal doa meninggalkan kampung halamannya di Purwokerto untuk menuntut ilmu. Untuk memenuhi biaya hidup dan kuliah ia harus membagi waktu menjadi takmir masjid sambil berjualan tempe.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama merantau di Yogyakarta, Udin harus pintar membagi waktunya untuk kuliah, belajar, menjadi marbot masjid, dan juga berjualan tempe. Sebelum tinggal dan menjadi marbot masjid, Udin ternyata juga pernah berjualan koran di pertigaan lampu merah.

“Kehidupannya yang tidak berkecukupan membuatnya prihatin. Kuliah, tinggal, dan mengurus masjid Al Amin. Jadi marbot dan jualan tempe,” dikutip dari Facebook Falasifah pada 4 Agustus 2020 lalu.

Setelah lulus S1 dengan predikat cumlaude di Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2002, Udin meneruskan pendidikan S2-nya di ITS. Di tahun yang sama di kelulusannya, ia juga diangkat menjadi dosen di jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNY.

Pada 2004, ia melanjutkan studi S2 di ITS mengambil bidang ilmu Teknik Elektro Sistem Kendali dan lulus pada 2006. Tahun berikutnya, ia melanjutkan studi S2 kembali di Malaysia mengambil bidang ilmu Teknik Elektro Kendali Robotika dan Mekatronika.

Dilanjutkan di kampus yang sama, ia menempuh program doktoral pada bidang ilmu yang sama dan lulus di tahun 2011. Lalu, Prof Khairudin mengemban jabatan sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama dari 2016 hingga sekarang. (Albar)

muslimobsession.com

Tuesday, 25 August 2020

Bahagiakan Keluarga di Hari Asyura, Niscaya Kau Bahagia Sepanjang Tahun

Membahagiakan keluarga tak perlu menunggu waktu tertentu. Tapi membahagiakan keluarga di hari asyura bernilai spesial. Sebab ada hadits yang menyebutkan, ia akan membawa kebahagiaan sepanjang tahun.

Memang pada hadits-hadits itu lafadznya adalah wassa’a (وسّع) yang artinya memberi kelapangan. Namun arti luasnya adalah menyenangkan hati dan membahagiakan. Ini juga salah satu amalan sunnah pada bulan Muharram. Khususnya pada hari asyura, tanggal 10 Muharram.

Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah membuat judul khusus التوسعة يوم عاشوراء (Bagaimana merayakan hari Asyura). Lalu ulama Mesir itu mencantumkan hadits:

مَنْ وَسَّعَ عَلَى نَفْسِهِ وَأَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ

“Barangsiapa memberi kelapangan bagi dirinya dan bagi keluarganya pada hari Asyura, maka Allah akan memberi kelapangan baginya sepanjang tahun itu.” (HR. Baihaqi)

“Hadits tersebut memiliki riwayat lain, tetapi semuanya lemah,” kata Sayyid Sabiq. “Hanya saja apabila digabungkan antara satu dengan lainnya, maka bertambah kuat sebagaimana yang telah dikatakan Sakhawi.”

Hadits-Hadits Penguat

Berikut ini sebagian hadits-hadits yang Sayyid Sabiq maksudkan sebagai penguat hadits tersebut:

مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي سَنَتِهِ كُلِّهَا

“Barangsiapa memberi kelapangan bagi keluarganya pada hari Asyura, maka Allah akan melapangkannya di keseluruhan tahun itu.” (HR. Thabrani dan Hakim)

مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ لَمْ يَزَلْ فِي سَعَةٍ سَائِرَ سَنَتِهِ

“Barangsiapa memberi kelapangan bagi keluarganya pada hari Asyura, maka ia takkan kesulitan di waktu lain sepanjang tahun itu.” (HR. Thabrani)

مَنْ وَسَّعَ عَلَى أَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ

“Barangsiapa memberi kelapangan bagi keluarganya pada hari Asyura, maka Allah akan memberi kelapangan baginya sepanjang tahun itu.” (HR. Baihaqi)

Bahkan ada hadits yang menyebutkan keutamaannya tak hanya untuk dirinya tetapi juga untuk keluarganya.

مَنْ وَسَّعَ عَلَى أَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللَّهُ أَهْلِهِ طَوْلَ سَنَتِهِ

“Barangsiapa memberi kelapangan bagi keluarganya pada hari Asyura, maka Allah akan memberi kelapangan kepada keluarganya sepanjang tahun itu.” (HR. Baihaqi)

Cara Membahagiakan Keluarga di Hari Asyura

Bagaimana cara membahagiakan keluarga atau memberikan kelapangan di hari asyura? Caranya bisa bermacam-macam. Segala hal bernilai membantu keluarga dan menyenangkan hati mereka masuk dalam kategori ini.

Berikut ini beberapa contoh cara membahagiakan keluarga di hari asyura:

·         Memberi hadiah kepada anak di hari asyura

·         Memberi hadiah kepada istri di hari asyura

·         Memberi bunga kepada istri

·         Menulis surat cinta untuk istri dan memberikannya

·         Memberi uang belanja lebih kepada istri

·         Mentransfer uang lebih kepada istri

·         Membantu istri mencuci baju

·         Membantu istri menyeterika

·         Membersihkan rumah (menyapu, mengepel, dan sebagainya)

·         Membantu istri memasak

·         Buka bersama di rumah makan (jika aman dari resiko penyebaran corona)

·         Mengajak keluarga wisata (jika aman dari resiko penyebaran corona)

Selain membahagiakan keluarga, sunnah lain di hari asyura adalah puasa asyura. Di antara keutamannya, bisa menghapus dosa setahun sebelumnya. Penjelasan lengkap mengenai hukum, keutamaan, tata cara dan niatnya bisa dibaca di artikel Niat Puasa AsyuraSo, bahagiakan keluarga di hari asyura. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/KeluargaCinta]