Laman

Sunday, 3 December 2017

Shaf Shalat dan Persatuan

Abu Bakar mengirim surat kepada para pemimpin pasukan di Syam untuk menggabungkan pasukan-pasukan yang terpencar untuk menghadapi pasukan Romawi Timur yang berjumlah besar. Akhirnya, Abu Ubaidah bin al Jarrah, Amr bin al Ash, Yazid bin Abu Sufyan, dan Syurahbil bin Hasanah membawa pasukan mereka berkumpul di Yarmuk.
Ketika pasukan kaum Muslimin bersatu, situasi stagnan. Romawi Timur dan kaum Muslimin sudah berhadap-hadapan, tapi selama dua bulan tidak ada yang menginisiasi pertempuran dari kedua pihak. Abu Bakar mengirim surat ke Khalid bin Walid di Irak untuk datang ke Yarmuk. Sesampainya di Yarmuk, para panglima pasukan sepakat mengangkat Khalid sebagai field army general, komandan umum pasukan. Atas izin dan karunia Allah, kaum Muslimin kemudian mengalahkan Bizantium dengan telak.
Persatuan adalah sumber kekuatan, lalu kemenangan. Menjalin persatuan membutuhkan figur pemimpin yang cakap lahir dan batin. Abu Bakar menyeru pada persatuan kepada para jenderalnya di Syam, sedangkan Khalid menguatkan persatuan itu dengan memimpin mereka. Tidak ada yang meragukan kualitas Khalid dalam memimpin peperangan. Ia menuai banyak sukses di Irak.
Salah satu jalan menuju persatuan adalah merapatkan shaf shalat. Dengannya, hati kaum Muslimin dapat bersatu. Dari Abu Masud al Badri, ia berkata: Dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallambiasa mengusap bahu-bahu kami, ketika akan memulai shalat, seraya beliau bersabda:Luruskan shafmu dan janganlah kamu berantakan dalam shaf; sehingga hal itu membuat hati kamu juga akan saling berselisih. (Shahih: Muslim no 432).
Lurus dan rapat, selain sebab kesempurnaan shalat, juga adalah upaya nyata yang dapat kaum Muslimin lakukan setiap hari sejak senja hingga malam menjelang. Perselisihan bukan datang dari perbedaan warna kulit, bahasa, budaya, atau nasab, melainkan dari dalam hati. Apabila hati-hati itu bersatu, seluruh anggota tubuh mengikutinya. Sebab, hati laksana raja bagi tubuh.
Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung). (HR Bukhari dan Muslim).
Meluruskan dan merapatkan shaf juga akan saling mendekatkan roh-roh orang beriman. Jika saling mengenal maka mereka akan saling mencintai.
"Roh-roh bagaikan tentara yang tersusun. Jika saling mengenal maka akan bersatu, dan jika saling mengingkari maka akan berpisah."(HR Bukhari dan Muslim).
Shalat berjamaah, memperhatikan shaf-shaf shalat, dan tidak mendahului gerakan pemimpin (imam) adalah di antara tips untuk menegakkan persatuan yang berasal dari sunah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.Allahu Alam. 
Sumber : Hikmah, Republika.co.id

Thursday, 30 November 2017

Ketika Malaikat Maut Mendatangi Orang Dzalim

DALAM sebuah riwayat, Imam Ghazali pernah menceritakan tentang keinginan Nabi Ibrahim AS yang penasaran akan wajah malaikat maut ketika mencabut nyawa orang yang dzalim. Dia memohon kepada Allah SWT untuk diperkenankan melihat bagaimana paras malaikat pencabut nyawa. Keinginan beliaupun dikabulkan oleh Allah SWT.
Diperlihatkanlah sosok pria dengan tubuh yang sangat besar, berkulit hitam legam. Sosok yang sangat menakutkan, rambutnya berdiri seperti lidi dan tajam, berbau busuk, memiliki dua mata satu di depan dan yang satu di belakang. Ia mengenakan pakaian serba hitam, dari mulutnya keluar jilatan api yang berkobar-kobar.
Seketika Nabi Ibrahim AS jatuh pingsan, setelah kembali sadar beliau merenung, betapa Allah SWT menunjukkan kuasanya untuk memberi pelajaran bagi setiap manusia untuk tunduk pada-Nya.
Lebih lanjut Imam Ghazali menuturkan, di akhir sakaratul maut, manusia akan diperlihatkan wajah malaikat pencatat Amal. Kepada orang dzalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir ke tengah-tengah perbuatan keji, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan buruk, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan buruk. Semoga Allah SWT tidak memberimu balasan yang baik!”
Siapa yang takkan bergetar hatinya ketika mendengar malaikat berbicara serta mengatakan dengan suara yang lantang dan Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa malaikat akan memberi kabar buruk kepada orang dzalim menjelang sakaratul mautnya.
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang dzalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut,sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (seraya berkata): ‘keluarkan nyawamu.’ Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah SWT (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS. Al-An’am:93).
Seketika Nabi Ibrahim AS jatuh pingsan, setelah kembali sadar beliau merenung, betapa Allah SWT menunjukkan kuasanya untuk memberi pelajaran bagi setiap manusia untuk tunduk pada-Nya.
Lebih lanjut Imam Ghazali menuturkan, di akhir sakaratul maut, manusia akan diperlihatkan wajah malaikat pencatat Amal. Kepada orang dzalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir ke tengah-tengah perbuatan keji, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan buruk, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan buruk. Semoga Allah SWT tidak memberimu balasan yang baik!”
Siapa yang takkan bergetar hatinya ketika mendengar malaikat berbicara serta mengatakan dengan suara yang lantang dan Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa malaikat akan memberi kabar buruk kepada orang dzalim menjelang sakaratul mautnya.
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang dzalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut,sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (seraya berkata): ‘keluarkan nyawamu.’ Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah SWT (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS. Al-An’am:93).
Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang yang dzalim di neraka, “Wahai musuh Allah SWT itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka.”
Orang-orang dzalim ketika mereka menghadapi kematian, ruhnya akan keluar dengan susah payah. Mereka benar-benar tersiksa dengan keadaan itu. Mungkin pernah kita saksikan kematian beberapa orang disekitar dengan proses yang begitu sulit dan menegangkan atau mungkin amat menakutkan.
Betapa kepedihan yang teramat sangat itu dirasakan oleh mereka yang enggan mempercayai akan adanya akhirat, enggan mengakui kuasa Allah Yang Maha Esa.
Hingga pada suatu masa, nyawa yang melekat dalam raga ini akan di kembalikan kepada pemiliknya. Di saat itulah, penyesalan demi penyeselan memenuhi ruang jiwa, tiada daya upaya yang mampu mereka lakukan kecuali terus merintih, memohon agar nyawa tak berpisah dengan raga, memohon agar Allah sudi memberi sedikit saja waktu untuk memperbaiki tingkah laku serta bertaubat sepenuhnya atas segala perbuatan buruk selama ini.
Namun, sekali lagi tiada seorangpun yang mampu menghalangi ataupun menunda keputusan Illahi Rabbi, percuma saja, semua sia-sia.
Allah berfirman, “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: ‘Ya Rabbi kembalikan aku ke dunia. Agar aku berbuat amal saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan merekaada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al-Mukminun: 99-100).
Membayangkannya saja air mata ini tak sanggup lagi bertahan, ketakutan menyeruak keseluruh tubuh, namun kembali, ucapan itu hanya akan didengar oleh mereka yang selama hidupnya tiada henti melakukan kedzoliman terhadap orang lain ataupun diri sendiri. Ingatlah! kala tangan bergerak diluar porsi fungsinya, ada malaikat yang mencatat. Kala mata mulai memandang kearah yang membuat hati berkata dan berpikir buruk, ada malaikat yang kan menggerakkan jemarinya menulis sedetail-detailnya pikiranmu. Kala hati berniat melangkahkan kaki ketempat yang tidak Allah Swt senangi, ada malaikat yang tak pernah tidur melihat tiap gerak gerikmu.
Maka, jangan kau tanya bagimana rasa sakit yang dialami oleh orang yang pernah mengalami mati (mati suri), sudah jelas sakit yang mereka rasakan adalah sakit yang tak pernah kau temui selama di dunia.
Orang yang tertancap pedang saja masih sanggup berteriak,namun tidak kala matamu telah bertemu dengan malaikat maut. Jangankan berteriak, kerongkongan ini serasa kering seketika tanpa diminta, organ tubuh ini serasa berhenti, meski kita masih menginginkan ia bersemi damai dalam raga ini. Bahkan akal sekalipun telah terhenti dan tertutupi karena merasakan sakit sakaratul maut yang luar biasa. Kalaupun masih tersisa kekuatan, itu di saat ruh dicabut dan diangkat. Namun, saat itu, warna tubuh sudah berubah dan rasa sakit sudah menyerang ke seluruh anggota tubuh. Hingga akhirnya bagian hitam matanya naik sampai menyentuh kelopak mata, sementara lidah tertarik ke dalam hingga pangkalnya dan jari jemari juga menjadi kaku.
Tak lagi sanggup membayangkan rasa sakit, di kala urat-urat dicabut satu persatu dari tubuh. Mulanya kedua kaki menjadi dingin, lalu kedua betisnya, kemudian kedua pahanya, dan seterusnya. Saat itulah pandangan terhadap dunia yang fana ini perlahan mulai sirna, dan tertutuplah sudah pintu taubat yang selama ini jarang kita masuki. Tinggallah penyesalan dan kekecewaan yang mendampingi rasa sakit yang tiada henti hingga hari kiamat nanti.
Sebuah hadist yang disampaikan lewat sahabatnya Abu Hurairah, “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).” (HR. Al-Tirmidzi).
Setiap manusia yang jauh terlena dengan keindahan dunia, selalu menyesal di kala nyawa sudah di ujung tanduk. Mereka tak pernah menyadari ataupun mengingat bahwa mati akan datang tanpa menunggu kita siap. Tak peduli dengan iman yang lekat ataupun yang tak taat. KeputusanNya jelas nyata tak dapat di rundingkan layaknya kau berunding saham dengan klienmu di dunia.
Jangan menunda waktu untuk hijrah memperbaiki diri, segerakan. Ingat! Mati tak menunggu usia tua, tak menunggu kau kaya, tak pula menunggu amalmu sempurna. []
Referensi: Saat Maut Menjemputku, penulis: Andi Farouq bin Abbas Hasana

Tuesday, 7 November 2017

Kebodohan Salah Satu Pintu Setan

Allah Ta'ala, berfirman:
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمٰلًا
"Katakanlah (Muhammad), Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu tentang orang yang paling rugi perbuatannya?" (QS. Al-Kahf 18: Ayat 103)
الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
"(Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya." (QS. Al-Kahf 18: Ayat 104)
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ اللهَ تَعَالىَ يُبْغِضُ كُلَّ عَالِمٍ بِالدُّنْيَا جَاهِلٍ بِالْآخِرَة
“Sesungguhnya Allah ta’ala membenci orang yang pandai dalam urusan dunia namun bodoh dalam perkara akherat”. (HR. Al-Hakim)
Pintu masuknya setan itu banyak, namun kebodohan adalah sumber dari pintu-pintu masuknya setan. Dari kebodohan itulah semua pintu terbuka bagi setan untuk menggoda, mengganggu, dan bahkan menjadi teman dalam berbagai kemaksiatan, sementara orang yang bodoh tidak menyadarinya.
Pintu masuk setan yang terbesar adalah al-Jahl (kebodohan). Dari pintu inilah setan menguasai sebagian besar manusia, hingga mengharamkan apa yang dihalalkan Allah Ta'ala dan sebaliknya menghalalkan apa yang diharamkanNya, serta beribadah kepada Allah Ta'ala dengan kebid`ahan-kebid`ahan.
Ibnul Jauzy berkata, "Ketahuilah bahwa pintu terbesar bagi iblis untuk masuk menggoda manusia adalah al-Jahl (kebodohan). Dengan penuh rasa aman dia masuk dari pintu tersebut untuk menggoda orang-orang bodoh. Sedangkan terhadap orang yang berilmu, iblis tidaklah masuk menggodanya kecuali dengan mencuri-curi kesempatan saat lengah. Sesungguhnya iblis telah menipu sebagian besar ahli ibadah karena sedikitnya ilmu mereka. Karena mayoritas mereka sibuk beribadah, namun tidaklah didasari dengan ilmu."
Abdullah Ibn Mubarak menuturkan, “Kebodohan adalah kematian sebelum kematian yang sebenarnya sebelum kuburan. Jasad mereka telah menjadi kuburan. Orang tanpa ilmu laksana mayat sebelum berbangkit, ia tidak akan dibangkitkan”
Abul Hasan al Mawardi berkata “Barangkali, ada orang yang enggan menuntut ilmu karena usianya sudah lanjut. Atau merasa malu untuk menuntutnya ketika sudah tua karena pada masa mudanya ia telah menyia-nyiakannya”
Akhirnya, ia rela menerima kebodohan sebagai ciri khasnya dan lebih memilih daripada harus belajar dan mengaji. Ini merupakan tipu daya kebodohan dan kemalasan. Sebab, jika ilmu menjadi sebuah keutamaan, orang-orang berusia lanjut seharusnya tetap mencintainya, karena memulai suatu kebaikan merupakan kebaikan. Menjadi tua yang mau belajar jauh lebih baik daripada menjadi tua yang bodoh” (Adabud Dunya wad Din. Hal 26)
Oleh karena itu kedudukan orang berilmu lebih ditakuti setan daripada orang yang ahli ibadah. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
فَقِيهٌ وَاحِدٌ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ
“Satu orang alim ulama lebih berat bagi syetan daripada seribu ahli ibadah.” (HR. al-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dari itu semua, kita mengetahui betapa penting membekali diri dengan ilmu syar’i. Karena ia merupakan unsur paling utama untuk menolak setan. Setiap bertambah ilmu yang bermanfaat pada seorang hamba, yang dengan itu menjadikan dirinya takut dan bertakwa kepada Allah Ta’ala, maka akan bertambah keselamatan dirinya dari bisikan dan jeratan setan. Dan hanya Allahlah tempat memohon pertolongan.
Wallahu a'lam
Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia
SuaraIslam.com

Tuesday, 31 October 2017

Ketika di Masjid, Jangan Lakukan Hal-Hal ini.

MASJID adalah tempat yang amat berharga bagi kaum Muslim. Betapa tidak, masjid menjadi satu-satunya tempat yang paling pas untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT. Kita bisa dengan khusyuk untuk mengadukan semua permasalahan kepada Allah. Selain itu, kita juga bisa beristirahat di dalamnya, mengingat suasananya yang begitu menenteramkan hati.
Tapi sayang, banyak orang yang tidak tahu seperti apa adab yang baik ketika berada di masjid. Sehingga, kenyamanan dan ketenteraman itu tak dapat kita rasakan seutuhnya. Kita seharusnya tahu bahwa ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan ketika di masjid. Apakah itu?
1. Larangan Keluar Setelah Adzan kecuali Ada Alasan
Jika kita berada di dalam masjid dan adzan sudah dikumandangkan, maka tidak boleh keluar dari masjid sampai selesai ditunaikannya shalat wajib, kecuali jika ada uzur. Hal ini sebagaimana dikisahkan dalam sebuah riwayat dari Abu As Sya’tsaa Radhiallahu ’Anhu, beliau berkata, “Kami pernah duduk bersama Abu Hurairah dalam sebuah masjid. Kemudian muazin mengumandangkan adzan. Lalu ada seorang laki-laki yang berdiri kemudian keluar masjid. Abu Hurairah melihat hal tersebut kemudian beliau berkata, ‘Perbuatan orang tersebut termasuk bermaksiat terhadap Abul Qasim (Nabi Muhammad) ﷺ’,” (HR. Muslim no 655 dan dinilai shahih oleh Syeikh Al-Albani dalam kitab shahih Ibni Majah no599).
2. Larangan Mencari Barang yang Hilang di Masjid dan Mengumumkannya
Apabila didapati seseorang mengumumkan kehilangan di masjid, maka katakanlah, “Mudah-mudahan Allah tidak mengembalikannya kepadamu.” Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ, “Barangsiapa mendengar seseorang mengumumkan barang yang hilang di dalam masjid, maka katakanlah, ‘Mudah-mudahan Allah tidak mengembalikannya kepadamu. Sesungguhnya masjid-masjid tidak dibangun untuk ini’,” (HR. Muslim dari Abu Hurairah Radhiallahu ’Anhu dan dinilai shahih oleh Syeikh Al-Albani dalam at-Ta’liqot al-Hisan ‘ala Shahih Ibni Hibban, no.1649).
3. Larangan Jual Beli di Masjid
Jika jual beli dilakukan di masjid, maka niscaya fungsi masjid akan berubah menjadi pasar dan tempat jual beli. Sehingga jatuhlah kehormatan masjid dengan sebab itu. Berdasarkan sabda Rasulullah ﷺ, dari Abu Hurairah Radhiallahu ’Anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila kalian melihat orang yang jual beli di dalam masjid maka katakanlah padanya, ‘Semoga Allah tidak memberi keuntungan dalam jual belimu!’” (HR. Tirmidzi no 1321, Hakim jilid 2 halaman 56, dan beliau berkata Shahih menurut syarat Imam Muslim dan disetujuhi oleh Imam Adz-Zahabi dan Syeikh Al-Albani menilai shahih dalam Al-Irwa 1295).
Imam As-Shan’ani berkata, “Hadis ini menunjukkan haramnya jual beli di dalam masjid, dan wajib bagi orang yang melihatnya untuk berkata kepada penjual dan pembeli semoga Allah tidak memberi keuntungan dalam jual belimu! Sebagai peringatan kepadanya,” (Subulus Salam jilid 1 halaman 321 Lihat pula An-Nail al-Author jilid 1 halaman 455 dan Ats-Tsamar al-Mustathob jliid 2 halaman 696).
4. Larangan Mengganggu Orang yang Beribadah di Masjid
Orang yang sedang menjalankan ibadah di dalam masjid membutuhkan ketenangan sehingga dilarang mengganggu kekhusyukan mereka, baik dengan ucapan maupun perbuatan. Di antara kesalahan yang sering terjadi, membaca ayat secara nyaring di masjid sehingga mengganggu shalat dan bacaan orang lain.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Ketahuilah, kalian semua sedang bermunajat kepada Allah, maka janganlah saling mengganggu satu sama lain. Janganlah kalian mengeraskan suara dalam membaca Al-Quran. Atau beliau berkata, ‘Dalam shalat’,” (HR. Abu Daud no 1332 dan Ahmad no 430 dan dinilai shahih oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Nata-ijul Afkar jilid 2 halaman 16).
5. Larangan Berteriak dan Membuat Gaduh di Masjid
Sebab, masjid dibangun bukan untuk ini. Demikian pula mengganggu dengan obrolan yang keras. Nabi ﷺ bersabda, “Ketahuilah bahwa setiap kalian sedang bermunajat (berbisik-bisik) dengan Rabbnya. Maka dari itu, janganlah sebagian kalian menyakiti yang lain dan janganlah mengeraskan bacaan atas yang lain,” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Al-Hakim dan dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihal-Jami’).
Apabila mengeraskan bacaan Al-Quran saja dilarang jika memang mengganggu orang lain yang sedang melakukan ibadah, lantas bagaimana kiranya jika mengganggu dengan suara-suara gaduh yang tidak bermanfaat? Sungguh, di antara fenomena yang menyedihkan, sebagian orang—terutama anak-anak muda—tidak merasa salah membuat kegaduhan di masjid saat shalat berjamaah sedang berlangsung.
6. Larangan Lewat di Dalam Masjid dengan Membawa Senjata Tajam
Janganlah seseorang lewat masjid dengan membawa senjata tajam, seperti pisau, pedang, dan sebagainya ketika melewati masjid. Sebab, hal itu dapat mengganggu seorang muslim bahkan bisa melukai seorang muslim. Terkecuali jika ia menutup mata pedang dengan tangannya atau dengan sesuatu.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian lewat di dalam masjid atau pasar kami dengan membawa lembing, maka hendaklah ia memegang mata lembing itu dengan tangannya sehingga ia tidak melukai orang muslim,” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Musa Radhiallahu ’Anhu dan dinilai shahih oleh Syeikh Al-Albani dalam shahih wa dho’if al-jami ashshoghir no.798).
7. Larangan Lewat di Depan Orang Shalat
Harap diperhatikan ketika kita berjalan di dalam masjid, jangan sampai melewati di depan orang yang sedang shalat. Hendaklah orang yang lewat di depan orang yang shalat takut akan dosa yang diperbuatnya. Rasulullah ﷺ bersabda, “Seandainya orang yang lewat di depan orang yang shalat mengetahui (dosa) yang ditanggungnya, niscaya ia memilih untuk berhenti selama 40 (tahun), itu lebih baik baginya daripada lewat di depan orang yang sedang shalat,” (HR. Bukhari no 510 dan Muslim no1132).
Yang terlarang adalah lewat di depan orang yang shalat sendirian atau di depan imam. Adapun jika lewat di depan makmum maka tidak mengapa. Hal ini didasari oleh perbuatan Ibnu Abbas Radhiallahu ’Anhu ketika beliau menginjak usia balig. Beliau pernah lewat di sela-sela shaf jamaah yang diimami oleh Rasulullah ﷺ dengan menunggangi keledai betina, lalu turun melepaskan keledainya baru kemudian beliau bergabung dalam shaf. Dan tidak ada seorang pun yang mengingkari perbuatan tersebut. Namun demikian, sebaiknya memilih jalan lain agar tidak lewat di depan shaf makmum.
8. Larangan Berkumpul di Dalam Masjid untuk Kepentingan Dunia
Terdapat larangan melingkar di dalam masjid (untuk berkumpul) demi kepentingan dunia semata. Rasulullah ﷺ bersabda, “Akan datang suatu masa kepada sekelompok orang, di mana mereka melingkar di dalam masjid untuk berkumpul dan mereka tidak mempunyai kepentingan kecuali dunia dan tidak ada bagi kepentingan apapun pada mereka maka janganlah duduk bersama mereka,” (HR. Al-Hakim jilid 4 halaman 359 dan dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani).
9. Larangan Keras Meludah di Masjid
Masjid sebagai tempat yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala di muka bumi ini, maka harus kita jaga kebersihannya. Oleh karena itu, dilarang meludah dan mengeluarkan dahak lalu membuangnya di dalam masjid, kecuali meludah di sapu tangan atau pakaiannya. Adapun di lantai masjid atau temboknya, hal ini dilarang. Nabi ﷺ bersabda, “Meludah di masjid adalah suatu dosa, dan kafarat (untuk diampuninya) adalah dengan menimbun ludah tersebut,” (Shahih al-Bukhari no 40).
Yang dimaksud menimbun ludah di sini adalah apabila lantai masjid itu dari tanah, pasir, atau semisalnya. Adapun jika lantai masjid itu berupa semen atau kapur, maka ia meludah di kainnya, tangannya, atau yang lain. []
Sumber: Muslim.Or.Id

Sunday, 29 October 2017

Inilah Amal Soleh Yang di Tolak & di Lempar Ke Muka.


"Tanda yang nampak pada lidah orang yang 'ujub itu ialah ia selalu mengatakan aku begini-begini, aku begini seperti perkataan Iblis (kepada Allah ketika ia tidak mahu sujud kepada Nabi Adam a.s.),

Surah Al A 'raf, ayat 12"Aku lebih baik daripadanya (Adam) kerana Engkau menjadikan aku daripada api dan Engkau menjadikannya daripada tanah". [QS 7:12]

Imam Abdullah bin Al Mubarak r.a. telah meriwayatkan di dalam kitab Al Zuhd dengan sanad beliau daripada seorang lelaki (iaitu Khalid bin Maadan) yang pernah berkata kepada Muaz:

"Wahai Muaz! Ceritakanlah kepadaku sebuah hadis yang pernah engkau dengar daripada Rasulullah s.a.w.".


Berkata rawi hadis tersebut (Khalid bin Maadan) lalu Muaz menangis sehingga aku sangka ia tidak dapat berhenti tetapi akhimya Muaz berhenti daripada tangisannya kemudian lalu Muaz berkata:

"Aku mendengar Rasulullah s.a.w. pernah bersabda kepadaku:
Wahai Muaz! Sebenarnya aku mahu menceritakan kepada kamu sebuah hadis jikalau engkau mampu memeliharanya pasti ia akan memberi manfaat akan dikau di sisi Allah tetapi jika engkau mensia-siakannya dan tidak memeliharanya maka akan terputuslah hujjahmu di hadapan Tuhan pada hari Kiamat nanti".

"Wahai Muaz! Sesungguhnya Allah S.W.T. telah menjadikan tujuh orang malaikat sebelum ia menciptakan langit dan bumi kemudian lalu ditentukannya pada setiap langit seorang malaikat daripada mereka untuk menjaga pintu langit tersebut".

Langit Pertama
Lalu naiklah malaikat Hafazhah membawa amalan seseorang hamba yang dilakukannya mulai dari pagi sampai ke petang. Amalan tersebut mempunyai nur bagaikan cahaya matahari, sehingga apabila malaikat Hafazhah yang membawa amalan hamba itu sampai ke langit yang pertama. Mereka menganggap bahawaamalan itu baik dan sangat banyak lalu berkata malaikat penjaga langit pertama itu bagi malaikat Hafazhah:

"Pukulkan dengan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya. Akulah malaikat penjaga ghibah (mengumpat). Allah telah menyuruhku supaya aku tidak membiarkan amalan orang yang mengumpat orang lain itu dapat melalui aku untuk terus naik ke atas".

Langit Ke 2
Kemudian datang pula malaikat Hafazhah membawa amalan seseorang hamba. Mereka menganggap bahawa amalan itu sangat baik dan sangat banyak (Malaikat itu berjaya melintasi langit yang pertama kerana orang yang mengerjakan amalan tersebut tidak terlibat dengan dosa mengumpat orang) sehingga mereka sampai ke langit yang kedua lalu berkata malaikat penjaga langit yang kedua itu:


"Berhenti kamu di sini dan pukulkan dengan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya kerana ia menghendaki dengan amalannya akan mendapat keuntungan dunia. Allah telah menyuruhku supaya aku tidak membiarkan amalan orang seperti ini melintasi aku untuk terus naik ke atas. Selain daripada itu ia juga suka membesarkan diri di dalam majlis perjumpaan. Akulah malaikat penjaga kebesaran".

Langit Ke 3
Kemudian naik pula malaikat Hafazhah membawa amal seseorang hamba yang penuh dengan sinaran dan cahaya daripada pahala sedekah, sembahyang, puasa. Para malaikat Hafazhah merasa hairan melihat keindahan amalan tersebut lalu mereka membawa amalan itu (melintasi langit yang pertama dan kedua) sehingga sampai ke pintu langit yang ketiga maka berkata malaikat penjaga langit ketiga itu:

"Berhenti kamu di sini dan pukulkan dengan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya. Akulah malaikat takbur. Allah menyuruhku supaya tidak membiarkan amalan orang yang takbur dapat melintasiku. Orang itu sangat suka membesarkan diri di dalam majlis orang ramai".

Langit Ke 4
Kemudian naik pula malaikat Hafazhah membawa amal seseorang hamba. Amal itu bersinar-sinar seperti bersinarnya bintang yang berkelip-kelip. Baginya suara tasbih, sembahyang, puasa, haji dan umrah. Para malaikat Hafazhah berjaya membawa amalan itu sehingga sampai ke pintu langit yang keempat maka berkata malaikat penjaga langit keempat itu:


"Berhenti kamu di sini dan pukulkan dengan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya, belakang dan juga perutnya. Akulah malaikat ujub. Allah menyuruhku supaya tidak membiarkan amalan orang yang ujub dapat melintasiku. Ia beramal adalah dengan dorongan perasaan ujub terhadap dirinya".

Nota:
'Ujub, takbur dan merasa bangga dengan diri sendiri adalah satu penyakit hati yang sangat susah diubati. 'Ujub itu ialah memandang kepada diri sendiri dengan pandangan kemuliaan dan kebesaran serta memandang orang lain dengan pandangan penghinaan. Tanda yang nampak pada lidah orang yang 'ujub itu ialah ia selalu mengatakan aku begini-begini, aku begini seperti perkataan Iblis (kepada Allah ketika ia tidak mahu sujud kepada Nabi Adam a.s.),
"Aku lebih baik daripadanya (Adam) kerana Engkau menjadikan aku daripada api dan Engkau menjadikannya daripada tanah". (Surah Al A 'raf, ayat 12)


Langit Ke 5
Kemudian naik pula malaikat Hafazhah membawa amal seseorang hamba sehingga mereka berjaya sampai ke pintu langit yang kelima seolah-olah amalan itu pengantin yang dihantar (disambut) ke rumah suaminya (maksudnya amalannya itu berseri-seri) lalu berkata malaikat penjaga langit yang kelima:


"Berhenti kamu dan pukulkan dengan amal ini akan muka orang yang mengerjakannya dan campakkanlah di atas tengkoknya. Akulah malaikat hasad ia sangat hasad kepada orang yang belajar ilmu dan beramal seperti amalannya. Ia hasad akan orang lain yang melakukan sebarang kelebihan di dalam ibadat ia juga mencela mereka. Allah menyuruhku supaya aku tidak membiarkan amalan orang yang hasad ini melintasi aku".

Langit Ke 6
Kemudian naik pula malaikat Hafazhah membawa amalan seseorang hamba. Baginya cahaya seperti bulan purnama daripada sembahyang, zakat, umrah, jihad dan puasa. Malaikat Hafazhah berjaya membawa amalannya sehingga sampai ke langit yang keenam lalu berkata malaikat penjaga langit tersebut:

"Berhentilah kamu dan pukulkan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya kerana ia tidak belas kasihan kepada hamba-hamba Allah yang terkena bala dan kesusahan bahkan ia merasa gembira dengan demikian. Akulah malaikat rahmat. Allah menyuruhku supaya tidak membiarkan amalan orang yang seperti ini dapat melintasi aku".

Langit Ke 7
Kemudian naiklah pula malaikat Hafazhah membawa amalan seseorang hamba. Amalan itu ialahsembahyang,puasa, nafkah, jihad dan warak. Baginya bunyi (maksudnya bunyi zikir) seperti bunyi lebah dan baginya cahaya seperti cahaya matahari dan naiklah bersama dengan amalan itu tiga ribu orang malaikat. Mereka telah berjaya membawanya sehingga sampai ke pintu langit yang ketujuh maka berkata malaikat penjaga pintu langit tersebut:

"Berhentilah kamu dan pukulkan dengan amalan ini akan muka orang yang mengerjakannya bahkan pukulkan pula akan seluruh anggota badannya dan tutupkan ke atas hatinya. Akulah malaikat zikir (zikir di sini bermakna: mencari sebutan, iaitu seorang yang beramal dengan tujuan supaya disebut-sebut oleh orang lain).

Aku akan menghalang amalan orang yang riak dari sampai kepada Tuhanku. la beramal bukan kerana mencari keredhaan Allah tetapi hanya bertujuan supaya mendapat tempat yang tinggi di hati para fukaha dan supaya disebut di kalangan para ulama dan supaya masyhur namanya di merata tempat. Allah menyuruhku supaya tidak membiarkan amalan orang yang riak itu melintasi aku, kerana setiap amalan yang tidak ikhlas adalah riak dan Allah tidak akan menerima amalan orang yang riak".

Di Hadapan Allah
Kemudian naik pula malaikat Hafazhah dengan amalan seseorang hamba. Amalan itu berupa sembahyang, zakat, puasa, haji, umrah, akhlak mulia, banyak berdiam (daripada perkara yang tidak berguna) dan banyak berzikir. Amalan hamba ini diusung oleh para malaikat penjaga tujuh petala langit sehingga mereka melintasi segala halangan dan sampai kepada Allah.


Para malaikat itu berhenti di hadapan Allah dan bersaksi dengan keikhlasan dan kebaikan amalan tersebut lalu Allah berfirman kepada para malaikatnya:

"Kamu adalah yang bertugas menjaga amalan hambaKu ini dan sebenarnya Aku lebih mengetahui dengan segala isi hatinya. la sebenarnya tidak menghendaki akan Aku dengan amalannya tersebut. la hanya menghendaki sesuatu yang lain daripadaKu oleh kerana itu maka Aku turunkan ke atasnya akan laknat Ku".

Lalu para malaikat tadi berkata:

"Ke atasnya laknat Mu dan juga laknat kami". Lalu melaknat akan dia oleh tujuh petala langit dan seisinya.

Mendengar sabda Rasulullah s.a.w. ini lalu Muaz menangis seraya berkata:
"Engkau adalah Rasulullah s.a.w. sedangkan aku adalah Muaz (hamba Allah yang bukan Rasul). Maka bagaimana aku dapat selamat dan sejahtera".

Lalu Rasulullah s.a.w. menjawab:
"Hendaklah engkau ikuti aku walaupun hanya dengan sedikit amalan. Wahai Muaz jaga lidahmu baik-baik daripada mencela saudaramu yang membaca Al Quran (golongan Ulama) dan pertanggungkanlah segala dosamu ke atasmu dan jangan engkau mempertanggungkan dosamu ke atas mereka dan jangan engkau menganggap dirimu bersih dan jangan pula engkau mencela orang lain dan jangan engkau memuji dirimu di hadapan mereka.

Dan jangan engkau campurkan urusan dunia di dalam urusan akhirat. Dan jangan engkau menyombong diri di dalam majlis nanti orang ramai akan takut kepadamu kerana kejahatanmu dan jangan engkau berbisik kepada seseorang sedangkan seorang lagi ada di sisimu danjangan engkau membesarkan dirimu maka akan terputus daripadamu segala kebaikan di dunia dan di akhirat. Dan jangan engkau carikkan (pecah belah) akan manusia maka mencarik akan dikau oleh anjing-anjing api neraka pada hari kiamat nanti".

Muaz bertanya: "Ya Rasulullah siapakah orang yang mampu melaksanakan segala perkara yang engkau sebutkan tadi? Dan siapakah yang akan selamat daripada seksaan itu?"

Nabi s.a.w. menjawab: "Itu sebenarnya mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah".

Kemudian lalu Khalid bin Maadan berkata: "Maka aku tidak pernah melihat seseorang yang
banyak membaca Al Quranul Karim lebih daripada Muaz kerana beliau faham terhadap hadis yang besar ini".

Hadis ini riwayat lbnul Mubarak di dalam Kitab Al Zuhd dan riwayat lbnul Jauzi di dalam kitab Al Maudhu'at (Lihat Takhrij Al Iraqi, Ihya Ulumiddin 3/295).


Dipetik dari kitab Bidayatul Hidayah  (Permulaan Jalan Hidayah) Imam Al Ghazali, muka surat 144.